Isu “Peringatan Darurat” yang mencuat mulai 21 Agustus masih menjadi isu penting hingga pekan kedua. Bahkan, Peringatan Darurat juga mewarnai wisuda sarjana di dua universitas terkemuka, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Peringatan Darurat awalnya adalah bentuk perlawanan rakyat terhadap akrobat elite politik mempermainkan konstitusi dengan merevisi UU Pilkada hanya dalam 7 jam setelah usulan revisi itu mati suri nyaris setahun. Revisi itu dilakukan dengan mengabaikan putusan MK — lembaga penafsir konsitusi satu-satunya di negeri ini.
Pada Kamis, 22 Agustus, demo masif mahasiswa dan elemen masyarakat terjadi di beberapa kota, utamanya di depan gedung DPR. DPR pada malam harinya mengumumkan pembatalan pengesahan revisi UU Pilkada dengan dalih rapat paripurna tidak kuorum — tak menyebut tekanan publik sebagai penyebab.
Pilkada pun akhirnya mendasarkan diri pada putusan MK — yang sebelumnya coba dianulir elite politik.
Meski demikian, Peringatan Darurat tak berhenti. Masih ada PR besar yang diperjuangkan mahasiswa dkk, yaitu melawan pengebirian dan pengkhianatan demokrasi oleh oligarki politik.
Alhasil, isu Peringatan Darurat masih menggema di kampus-kampus. Pada wisuda UI hari Sabtu (24/8), para sarjana baru mengangkat poster “Peringatan Darurat” sambil bersorak-sorai. Mereka terlihat dalam siaran langsung UI TV.
Tapi sarjana bertoga yang membawa poster Peringatan Darurat yang tak disyut juru kamera jauh lebih banyak.
Poster berwarna biru dengan lambang burung Garuda serta itu juga terdapat tulisan #KawalPutusanMK dan #DemokrasiDikebiri.
Pada wisuda hari kedua pada Minggu (25/8), aksi serupa juga terjadi. Perwakilan sarjana dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UI, Juditha Danuvanya, membentangkan spanduk Peringatan Darurat sesaat setelah menerima ijazah dari Rektor UI.
Tak urung, aksi Juditha mendapat tepuk tangan membahana dari rekan-rekannya.
UGM tak mau ketinggalan. Dalam momen wisuda dua hari pada Rabu dan Kamis (28-29/8), wisudawan juga mengangkat isu Peringatan Darurat.
Pada hari Rabu, isu itu mencuat dalam pidato perwakilan wisudawan, Shalsadilla Nadya Prameswary, dari Fakultas Ekonomi Bisnis.
Pada wisuda hari Kamis (29/8), sebagian wisudawan mengangkat poster Peringatan Darurat bersama-sama, tapi hanya beberapa yang terlihat dalam siaran langsung di channel UGM.
Tak cuma dalam wisuda, mahasiswa juga memasang spanduk raksasa Peringatan Darurat di salah satu gedung di Fakultas Hukum UGM. Sedangkan mahasiswa Fisipol memasang spanduk Pratikno Dilarang Masuk.
Pratikno adalah dosen Fisipol yang menjabat Sekretaris Negara dan merupakan orang kepercayaan ...