Selain terkenal sebagai penyanyi, Dewi Lestari, juga dikenal sebagai penulis novel best-seller. Beberapa di antaranya ada Rectoverso, Perahu Kertas, hingga Filosofi Kopi.
Dewi Lestari melihat fenomena buku bajakan yang juga berdampak pada karya-karyanya. Menurut Dee, sapaan akrabnya, pembajakan buku adalah masalah kronis yang susah diatasi sejak lama.
"Pembajakan itu sangat susah kalau dilawan penulis. Ini PR bersama. Enggak bisa penulis maju sendiri karena kami enggak punya perangkat hukum untuk memberi sanksi. Yang bisa kami berikan hanya imbauan moral," kata Dewi kepada kumparan, Rabu (31/7).
Dewi berharap para penulis harus satu suara melawan pembajakan. Salah satunya adalah dengan mengedukasi pembaca.
"Para penulis harus satu suara, edukasi pembaca jangan beli bajakan. Banyak pembeli yang tidak tahu bahwa buku yang dia beli itu bajakan. Mari kita edukasi," ucapnya.
Dewi Lestari Pernah Tolak Tanda Tangan Buku Bajakan
Sebagai contoh ketegasannya, Dewi bercerita dia pernah menolak menandatangani buku bajakan dari fans. Penolakan Dewi dimaksudkan untuk memberi sanksi moral untuk mengurangi maraknya pembajakan.
"Selain mengimbau, sanksi yang bisa saya berikan, misalnya salah satu pembaca datang minta tanda tangan. Tapi yang dia bawa buku bajakan. Saya harus tegas, maaf saya enggak bisa tanda tangani buku ini. Kamu kasih aja saya kertas, saya tanda tangan," jelas Dewi.
Dewi sendiri mengaku peka ketika melihat buku bajakan. Dia akan dengan tegas memberi tahu kepada pembaca bahwa dirinya sangat menolak pembajakan.
"Misalnya kalau book signing, itu kelihatan, bahwa buku yang dia bawa itu bajakan. 'Kalau kamu punya kertas kosong, saya tanda tangan'. Kita sebagai penulis juga harus ingatkan bahwa tindakan itu salah. Kami tidak membenarkannya," tutup Dewi.