Jakarta -
Aturan terbaru Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mewajibkan keterangan tambahan bagi produk air minum dalam kemasan yang memakai plastik polikarbonat dalam labelnya. Dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat tentang Bisphenol A atau BPA, perlu banget nggak sih label tersebut?
Dalam aturan baru tersebut, BPOM mewajibkan keterangan tambahan yang menyatakan 'dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan'. Rahma (35), seorang ibu rumah tangga di Bekasi, menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan ini.
"Kayaknya nggak perlu-perlu banget sih. Masih aman lah gitu," katanya, ditemui di sela diskusi detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Rahma mengira BPA memang hanya ada di produk-produk terkait air minum. Selain di kemasan galon air mineral, juga pada botol-botol tumbler air minum yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
"Iya, FOMO (fear of missing out) gitu, jadi apa-apa takut sama BPA," tutur Rahma yang sebelumnya sempat ikut tren pilih-pilih botol minum 'BPA Free' untuk segala kebutuhan.
Selain Rahma, Bagas (19) seorang mahasiswa di Jakarta juga baru tahu bahwa ternyata pemanfaatan BPA lebih luas dari yang dibayangkan. Jika sebelumnya ia hanya tahu BPA ada di galon air mineral dan tumbler minuman, kini ia menyadari bahwa risiko paparan BPA juga bisa bersumber dari kemasan kaleng makanan yang juga memakai BPA dalam bentuk resin epoksi sebagai pelapisnya. Begitu juga dengan kertas thermal atau struk belanja, yang ternyata mengandung BPA.
"Kayak ya udah memang ada di sekitar kita dan kita nggak bisa menghindar juga," katanya.
dr Karin Wiradarma, M Gizi, SpGK memaparkan fakta-fakta Bisphenol A dalam detikcom Leaders Forum, Rabu (21/8/2024) Foto: Pradita Utama/detikHealth
Bisa Diproses dan Diurai di Dalam Tubuh
Terkait berbagai informasi tentang dampak BPA bagi kesehatan, spesialis gizi klinis dr Karin Wiradarma, M.Gizi, SpGK, membeberkan faktanya. Menurutnya, 90 persen BPA yang masuk ke dalam tubuh akan diproses di hati menjadi bentuk tidak aktif lalu akan dikeluarkan melalui urine.
"Kalau misalnya BPA tadi inaktif, maka dia tidak menimbulkan efek tadi, misalnya seperti berefek ke hormon dan sebagainya," jelas dr Karin.
Di sisi lain, BPOM memiliki regulasi yang mengatur batas migrasi BPA dalam wadah pangan berbahan plastik polikarbonat maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg). Selama tidak berada dalam kondisi ekstrim, berbagai penelitian menunjukkan pemakaian ulang plastik polikarbonat tidak meningkatkan risiko migrasi BPA.
Praktisi kesehatan Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM menjelaskan, migrasi partikel BPA dari plastik polikarbonat memang dimungkinkan pada kondisi tertentu. Salah satunya dipanaskan pada suhu tinggi, yang artinya bukan kondisi seperti pada pemakaian normal sehari-hari.
"Butuh suhu 70 derajat celsius," kata dr Andhika, salah satu pembicara dalam diskusi detikcom Leaders Forum.
Para pakar menjelaskan fakta-fakta terkait Bisphenol A supaya tidak FOMO apa-apa harus BPA Free. Foto: Pradita Utama
(up/up)