Jakarta -
Puluhan turis di Jepang dilaporkan diserang oleh seekor lumba-lumba. Bahkan, lumba-lumba itu beraksi brutal hingga menggigit manusia.
Dalam laporan NHK dan Daily Star, Jumat (30/8/2024) setidaknya sebanyak 48 orang mengalami cedera karena serangan lumba-lumba di pantai di Tsuruga, Prefektur Fukui, pekan lalu. Di antara para korban terdapat wisatawan yang menderita luka gigitan. Bahkan, seorang anak SD yang digigit jarinya, membutuhkan 20 hingga 30 jahitan.
Nakase, seorang instruktur selam berusia 62 tahun, mengungkapkan bahwa ia diserang beberapa kali oleh lumba-lumba. Dia mengatakan lumba-lumba itu mencoba menggigit lengannya dan bahkan dengan kuat menekan anusnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli menduga bahwa lumba-lumba bernama Suzu sebagai dalang di balik serangan itu. Suzu pertama kali terlihat di lepas pantai Shuzenji pada tahun 2020, kemudian di Prefektur Ishikawa pada tahun 2021, dan di perairan Fukui pada tahun 2022.
Sejak tahun 2022, serangan lumba-lumba terhadap manusia terus berlanjut, dengan 21 insiden dilaporkan pada tahun 2022, dan 18 insiden pada musim panas ini saja.
Dugaan itu diperkuat oleh Profesor Masamichi Morisaka dari Fakultas Bioresources di Universitas Mie.
"Awalnya, semua orang mengira mungkin ada banyak lumba-lumba di sepanjang pantai. Namun, berdasarkan luka-luka korban dan lokasi kemunculan lumba-lumba, diasumsikan bahwa hanya satu lumba-lumba yang bertanggung jawab, dan kemungkinan besar itu adalah Suzu," kata Morisaka.
Morisaka menjelaskan bahwa analisis luka dan bekas gigitan korban menunjukkan bahwa itu adalah lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik jantan. Perilaku khas spesies lumba-lumba ini melibatkan menggigit untuk meniru perilaku seksual dan berkomunikasi.
Dengan kata lain, lumba-lumba ini mungkin berusaha melepaskan ketegangan seksual, yang menyebabkannya menyerang setiap manusia yang ditemuinya. Hingga banyak kasus 'pelecehan seksual' dan cedera di kalangan wisatawan.
"Perilaku agresif lumba-lumba ini menunjukkan bahwa ia mungkin semakin terbiasa dengan manusia, sehingga berani melecehkan mereka secara seksual secara lebih terang-terangan. Situasi ini sangat berbahaya," kata Profesor Morisaka.
Lumba-lumba hidung botol umumnya merupakan hewan yang sangat sosial yang hidup bersama dalam kelompok. Namun lumba-lumba ini terlihat berenang sendirian, hingga para peneliti kelautan menyimpulkan perilaku lumba-lumba yang tidak biasa tersebut mungkin disebabkan oleh rasa kesepian dan frustrasi seksual setelah diisolasi dari kelompok.
Morisaka mengatakan bahwa menggigit sambil bermain merupakan perilaku umum di antara lumba-lumba hidung botol jantan, yang hampir selalu hidup berpasangan dan berkelompok.
"Ini termasuk perilaku seperti saling mengejar dan menggosok lumba-lumba lainnya dengan sirip dada mereka yang dianggap sebagai tanda kasih sayang dan bahkan perilaku seksual, seperti saling menempelkan penis mereka," kata Morisak.
"Menggigit dengan lembut merupakan salah satu perilaku pro-sosial itu. Jadi lumba-lumba di Fukui bertindak seolah-olah sedang bermain dengan pasangan jantannya, tetapi dengan manusia sebagai gantinya," dia menambahkan.
Dia juga menyarankan, kepada para pengunjung pantai, bila bertemu lumba-lumba saat berenang di pantai, mereka harus segera memberi tahu orang-orang di sekitarnya untuk menjauh dari lumba-lumba.
(sym/fem)