Ortu Korban Pelecehan Kecewa dengan Oknum Pimpinan Ponpes di Karawang: Munafik

4 weeks ago 11
winjudi slot online winjudi online winjudi situs winjudi online slot gacor online terbaru situs slot gacor online terbaru link slot gacor online terbaru demo slot gacor online terbaru rtp slot gacor online terbaru Akun slot gacor Akun situs slot gacor Akun link slot gacor Akun demo slot gacor Akun rtp slot gacor Akun slot gacor online terbaru Akun situs slot gacor online terbaru Akun link slot gacor online terbaru Akun demo slot gacor online terbaru Akun rtp slot gacor online terbaru informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online winjudi slot online
Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: HTWE/Shutterstock

sosmed-whatsapp-green

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

Orang tua santriwati di Karawang yang anaknya diduga menjadi korban pencabulan Kiki Andriawan alias K, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Isra, merasa kesal dengan pernyataan terduga pelaku.

Kiki telah menyampaikan klarifikasi terkait tuduhan itu. Ia membantah mencabuli 20 santriwatinya.

"Munafik berarti dia. Banyak saksi kok orang yang lain juga menyaksikan dia mengakui (perbuatannya). Dia pegang-pegang, memeluk, menutup mata digesek-gesekin ke anak saya. Itu ada kakak kelas yang menyaksikan, posisi saat tadarus," kata S, salah satu orang tua korban kepada wartawan, Jumat (9/8).

S menuturkan kasus itu baru diadukan ke polisi pada Kamis (8/8) malam. Ia mengaku kecewa kasus pelecehan seksual terjadi di pondok pesantren sehingga membuat putrinya trauma.

"Kecewa pasti. Gara-gara itu anak saya ke sekolah, ke mana pun juga gak mau, sampai saya kaget, dia gak mau ketemu dengan laki-laki, dengan omnya, kakak iparnya, itu gak mau, terkecuali dengan saya bapaknya," ungkap S.

"Atas dasar ini saya memberanikan diri melaporkan, anak saya ini ke depannya seperti apa, takut dengan laki-laki sementara anak saya nanti akan berumah tangga, khawatir, tersiksa saya ngelihat anak ngurung diri di kamar, makan susah, minum susah," lanjut dia.

Di tempat sama, M (43) orang tua korban lainnya, mengaku baru mengetahui ulah keji telapor saat anaknya mengadu pada Maret 2024 lalu.

"Kaget lah pasti. Dia cerita waktu itu pas selesai mandi, si K ini masuk ke kobong. Spontan dong anak saya bingung lalu nyari kain buat tutup badan, tapi katanya disuruh diangkat. Disuruh diangkat terus yang bersangkutan itu malah cengengesan. Kok bisa kata saya, padahal saya percayakan anak saya di sini," ujar M seraya menahan tangis.

Diminta Tidur Tanpa Berpakaian

Ilustrasi CCTV indoor. Foto: Phonlamai Photo/Shutterstock

Orang tua korban mengatakan K memberikan hukuman kepada para santriwati dengan meminta mereka tidur di asrama tanpa baju. Padahal di kamar itu ada CCTV yang dapat dimonitor olehnya.

"Anak-anak sebetulnya kan gak mau, mereka inisiatif nutup CCTV itu, terus paginya diomelin sama si K ini kenapa CCTV-nya ditutup, kan gak wajar. Sanksinya itu karena mereka buat salah katanya, tapi kan gak jelas salah apa," ucapnya.

Dia menyebut, dua putrinya memang dimasukkan ke pondok tersebut, dan yang menjadi korban adalah putri sulungnya.

"Masuk ke situ udah lumayan lama dari 5 atau 6 tahun lalu, tapi kata anak saya yang pertama, gelagat anehnya orang itu pas anak saya baru lulus SMP, kalau SMA kan memang gak di situ, tapi masih tetap mondok di sana," ucapnya.

Sempat Mengadu ke Ustadzah Ponpes