Populasi Dunia Diprediksi Bakal Menyusut, Ilmuwan Bicara Efeknya ke Lingkungan

1 week ago 6
winjudi slot online winjudi online winjudi situs winjudi online slot gacor online terbaru situs slot gacor online terbaru link slot gacor online terbaru demo slot gacor online terbaru rtp slot gacor online terbaru Akun slot gacor Akun situs slot gacor Akun link slot gacor Akun demo slot gacor Akun rtp slot gacor Akun slot gacor online terbaru Akun situs slot gacor online terbaru Akun link slot gacor online terbaru Akun demo slot gacor online terbaru Akun rtp slot gacor online terbaru informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online winjudi slot online

Jakarta -

Secara global, para ahli memperkirakan penyusutan populasi akan mulai terjadi pasca pertumbuhan penduduk mencapai puncaknya di lebih dari 10 miliar pada 2060. Tren semacam ini dinilai sudah terjadi di negara-negara maju.

Jepang, misalnya. Populasi di Negeri Sakura menurun tajam dengan kehilangan sekitar 100 orang setiap jam. Begitu pula di Eropa, Amerika, Asia Timur, angka kelahiran juga tercatat menurun.

Banyak negara berpenghasilan menengah atau rendah juga disebut bakal mengalami penurunan populasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama 50 tahun, beberapa pemerhati lingkungan telah mencoba menyelamatkan lingkungan dengan memangkas pertumbuhan populasi global. Pada 1968, The Population Bomb meramalkan kelaparan besar-besaran dan menyerukan pengendalian kelahiran skala besar.

Kini, dunia menghadapi kenyataan yang sangat berbeda, pertumbuhan populasi melambat tanpa pengendalian populasi. Populasi menurun memicu negara-negara kaya panik, membuat kebijakan yang sebagian besar tidak efektif untuk mendorong lebih banyak anak.

Dunia Sudah 'Depopulasi'?

Andrew Taylor Associate Professor Demografi di Northern Institute, Charles Darwin University menyebut di sebagian besar Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Asia Utara, depopulasi telah berlangsung selama beberapa dekade. Angka kesuburan terus menurun selama 70 tahun terakhir dan tetap rendah, sementara harapan hidup yang lebih panjang atau jumlah lansia (di atas 80) akan berlipat ganda di wilayah-wilayah ini dalam waktu 25 tahun.

Baru-baru ini, China dengan populasi terpadat di dunia, seperenam dari populasi global, juga mengalami penurunan. Pada akhir abad ini, China diproyeksikan memiliki dua pertiga lebih sedikit penduduk daripada 1,4 miliar saat ini.

"Penurunan yang tiba-tiba disebabkan oleh kebijakan satu anak. Kebijakan ini berakhir pada 2016, terlalu terlambat untuk mencegah penurunan tersebut. Jepang pernah menjadi negara terpadat ke-11 di dunia, tetapi diperkirakan akan berkurang setengahnya sebelum akhir abad ini," terang dia, dikutip dari CNA.

Apa yang terjadi dikenal sebagai transisi demografi. Ketika negara-negara beralih dari negara yang sebagian besar pedesaan dan agraris menjadi ekonomi berbasis industri dan jasa, tingkat kelahiran menurun tajam. Ketika angka kelahiran rendah dan angka kematian rendah digabungkan, populasi mulai menurun.

Mungkinkah Baik untuk Lingkungan?

"Lebih sedikit dari kita berarti penangguhan hukuman bagi alam, bukan? Tidak. Tidak sesederhana itu," sebut Supriya Mathew, peneliti pascadoktoral dalam perubahan iklim dan kesehatan di Charles Darwin University.

Misalnya, jumlah energi per kapita yang seseorang gunakan mencapai puncaknya antara usia 35 dan 55 tahun, turun, lalu naik lagi mulai usia 70 tahun ke atas, karena orang lebih tua cenderung lebih lama tinggal di dalam rumah dan tinggal sendiri di rumah lebih besar. Pertumbuhan populasi yang luar biasa pada abad ini dapat mengimbangi penurunan akibat penurunan populasi.

"Lalu, ada kesenjangan besar dalam penggunaan sumber daya. Jika Anda tinggal di Amerika Serikat atau Australia, jejak karbon Anda hampir dua kali lipat dari rekan Anda di China, penghasil emisi terbesar secara keseluruhan," tutur Mathew.

Read Entire Article