Nuzmatun Malinah, ibu dari dr. Aulia Risma, mahasiswi PPDS yang bunuh diri akibat perundungan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang, berharap pelaku perundungan dan pemerasan terhadap sang anak mendapat hukuman setimpal.
Nuzmatun merasakan sedih yang berlipat, sebab ia juga ditinggal sang suami beberapa bulan setelah putri mereka bunuh diri. Suami Nuzmatun sendiri sempat 2 minggu dirawat di Rumah Sakit, karena kesehatan yang terus menurun usai Aulia meninggal dunia.
"Saya harap (pelaku) dapat hukuman yang setimpal. Tolong bantu saya cari keadilan. Bantu lah saya, anak saya harusnya sekolah, cari ilmu. Tapi apa yang didapatkan. Seharusnya anak saya itu ada. Sekolah cari ilmu, tapi apa yang terjadi. Tidak hanya anak saya, suami saya juga. Tolong bantu saya. Tolong bantu saya cari keadilan. Tidak hanya satu nyawa, tapi suami saya yang mendampingi saya. Tolong bantu saya cari keadilan. Ya allah," tangis Nuzmatun di depan awak media, Rabu (18/9).
Nuzmatun mengatakan, Aulia dan ayahnya sangat dekat. Bahkan hampir setiap hari keduanya selalu berkomunikasi. Sang ayah senantiasa menanti putrinya pulang kerja, bahkan kerap meneleponnya.
"Minta dibangunin setiap hari sama papahnya, 'Pah aku capek aku tidur dulu, sudah-sudah tidur dulu, nanti aku bangunkan', mau jam berapa aku bangunkan, kalau minta dibangunkan jam 3, jam setengah 3 papahnya sudah bangun," ucap Nuzmatun menirukan percakapan mereka.
Nuzmatun mengaku kondisinya juga masih sangat lemah. Setiap kali berbicara tentang kematian sang anak dan suami perutnya selalu sakit. Namun, ia bertekad anaknya harus mendapat keadilan.
"Dari kasus ini saya menuntut keadilan yang seadil-adilnya, keadilan yang seadil-adilnya. Saya juga masih merasa lemah, merasa sakit," tegasnya.
Pengacara keluarga, Misyal Ahmad, menambahkan ayah dr. Aulia mengalami pecah pembunuh darah saat mengetahui anaknya meninggal dunia.
"Ayahnya terpukul itu setelah mendengar berita bahwa dia meninggal secara bunuh diri bapaknya mengalami blooding, pecah pembuluh darah," imbuh Misyal.